BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada
pria dan wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi
paru-paru yang mengejutkan. American Cancer Society memperkirakan bahwa
terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal.
Prevalensi kanker paru di negara maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki
peringkat 4 kanker terbanyak.
Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan
ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita
yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan
paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru
mengenai pria (5%), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih
besar prevalensinya disebabkan faktor merokok yang lebih banyak pada pria.
Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun. Kelompok akan
membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker paru dengan kasus pada
tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan keperawatan yang efektif
dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka insiden kanker paru melalui
upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitatif.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana
asuhan keperawatan dengan pasien menderita penyakit cancer paru.
1.3
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Menjelaskan
asuhan keperawatan dengan klien kanker paru
2.
Tujuan Khusus
-
Menjelaskan konsep dasar dari
penyakit kanker paru
-
Menjelaskan definisi dari
penyakit kanker paru
-
Menjelaskan etiologi dari
penyakit kanker paru
-
Menjelaskan patofisiologi
kanker paru
-
Menjelaskan Stadium kanker paru
-
Menjelaskan manifestasi klinis
kanker paru
-
Menjelaskan pemeriksaan
diagnostik dan penatalaksanaan pada kanker paru
-
Menjelaskan komplikasi pada
kanker paru
1.4
Manfaat
Manfaat
yang dapat diambil sebagai berikut :
1.
Mengetahui Penatalaksaan pada
klien kanker paru
2.
Mengetahui asuhan keperawatan
pada klien kanker paru
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
2.1.1
Kanker
Kanker
adalah suatu pertumbuhan sel0sel abnormal yang cenderung menginvasi jaringan di
sekitarnya dan menyebar ke tempat-tempat jauh. Terdapar beberapa kategori
kanker
Kanker
adalah pertumbuhan sel abnormal yang cenderung menyerang jaringan disekitarnya
dan menyebar ke organ tubuh lain yang letaknya jauh. Kanker terjadi karena
profilerasi sel tak terkontrol yang terjadi tanpa batas dan tanpa tujuan bagi
pejamu. Istilah kanker menagcu pada lebih dari 100 bentuk penyakit. Meskipun
setiap kanker memiliki ciri unik, kanker muncul melalui beberapa proses yang
sama yang pada akhirnya bergantung pada perubahan genetik secara krusial.
(elizabeth, 2008)
PENANDA SEL TUMOR
Sebagian
sel kanker mengeluarkan penanda (Marker) sel tumor. Penanda tersebut adalah zat
spesifik yang disekresikam oleh tumor kedalam darah, urine atau cairan spinalis
orang yang mengidap kanker. Penanda sel tumor mungkin merupakan antigen
spesifik yang terdapat di sel kanker. Sebagian antigen tumor serupa denagn
antigen janin dan disebut antigen janin dan disebut antigen onkofetal (“onko”
berarti tumor). Karena antigen janin sering tidak mencetuskan respon imun,
antigen janin tersebut menyamarkan tumor dari sintem imun penjamu. Penanda sel
tumor bahkan dapat mencakup fragmen DNA yang dapat dideteksi, dengan teknin
pengukuran yang sangat sensitif, dalam sirkulasi jika dihasilkan secar berlebihan
oleh tumor tertentu.
DAMPAK KLINIS PENANDA SEL TUMOR
Penanda
sel tumor secara klinis penting karna dapat dijadikan alat untuk mendeteksi sel
kanker tertentu, dan perkembangan dapat diikuti sebelum, selama, dan setelah
pengobatan. Misalnya, apabila ditemukan adanya penanda sel tumor spesifik pada
seorang pasien, maka kanker diperkirakan diderita oleh pasien tersebut sehingga
diperlukan evaluasi diagnostig lebih lanjut.
CONTOH PENANDA SEL TUMOR
Contoh penanda sel tumor adalah :
1. Alfa fetoprotein untuk kanker hati
dan yolk sac (ovarium dan testis)
2. Antigen karsinoembrionik untu kanker
kolorektum
3. HCG (human chorionic gonadotropin)
untuk banyak tumor, termasuk koriokarsinoma (biasanya kanker rahim)
4. Fosfatasea asam dan antigen spesifik
prostat (prostate speciftic antigen, PSA) untuk kanker prostat
5. Imunoglobulin monoklonal (satu
subtipe antibodi) untuk melanoma multipe
6. CA-125, sebuah protein yang
dilepaskan dari organ reproduksi wanita dan dari lapisan kavum toraks dan
rongga peritoneum. Protein ini meningkat jumlahnya pada jaringn yang meradang
atau cedera dan sebagian penanda untuk kanker ovarium
DISKRIPSI PERTUMBUHAN DAN PENYEBARAN
TUMOR
Pertumbuhan
dan penyebaran tomor seringkali dideskripsikan secara klinis; beberapa istilah
berbeda yang digunakn, dijelaskan dibawah ini
1. Derajat (grading) : penilaian tumor
berdasarkan derajat anaplasia yang diperlihatkannya. Sebagai contoh, sel yang
kurang berdiferensiasi (yang sanat anaplastik) menandakan tingkat tinggi
2. Stadium (staging) : keputusa klinis
yang berkaitan dengan ukuran tumor, derajat invasi lokal yang telah terjadi,
dan derajat penyebarannya ketempat-tempat yang jauh pada individu tertentu.
3. Waktu penggandaan (dobling time) :
perkiraan jumlah waktu rerata yang diperlukan untuk pembelahan sel-sel tumor.
Sel-sel tumor yang cepat membelah memiliki waktu penggandaan yang singkat.
Tumor dapat tumbuh hanya secara
lokal atau dapat menyebar ke tempat-tempat jauh melalui proses yang dinamakan
metastasis. Metastasis inilah yang akhirnya mengantarkan seseorang pada kematian.
Kategori kanker
1. Tumor diindentifikasi berdasarkan
jaringan asal, tempat mereka tumbuh. Akhiran “oma’ biasanya ditambahkan ke
istilah jaringn untuk mengidentifikasi suatu kaker.
2.
KARSINOMA adalah kanker jaringn epitel, termasuk sel-sel
kulit, testis, ovarium, kelenjar penghasil mucus, sel penghasil melanin,
payudara, serviks, kolon, rectum, lambung, pangkreas dan esophagus karsinoma in
situ adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan sel epitel abnormal yang
masih terbatas di daerah tertentu sehingga masih dianggap lesi prainvasif.
3.
LIMFOMA adalah kanker jaringn limfe yang mencakup kapiler
limfe, lacteal, limpa, berbagai kelenjar limfe, dan pembuluh limfe. Timus dan
sumsum tulang juga dapat dipengaruhi. Limfoma spesifik antara lain adalah
penyakit Hodgkin (kanker kelenjar limfe dan limpa) dan limfoma malignum
4.
SARKOMA adalah kanker jaringn ikat, termasuk sel-sel yang
ditemukan di otot dan tulang
5.
GLIKOMA adalah kanker sel-sel glia (penunjang) di susunan
saraf pusat
2.1.2
Kanker Paru
Kanker paru merupakan keganasan pada
jaringan paru (Price,Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas
dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi,
2000).
Kanker paru-paru adalah pertumbuhan
sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan paru-paru dapat disebabkan oleh
sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap rokok.( Suryo, 2010)
Terdapat 4 jenis umum kanker paru:
tiga karsinoma sel besar dan satu karsinoma sel kecil. Karsinoma sel besar
adalah karsinoma sel skuamosa, adenokarsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa sebanyak 30%
dari kanker paru. Kanker ini jelas berkaitan dengan asap rokok dan pajanan
dengan toksin-toksin lingkungan, seperti asbestosdan komponen polusi udara.
Tumor sel skuamosa biasanya terletak di bronkus pada sisi tempat bronkus masuk
ke paru, yang disebut hilus, yang kemudian meluas kebawah ke bronkus. Karena
bronkus pada derajat tertentu mengalami obstruksi, dapat terjadi atelektasis
absorpsi dan pneumonia, serta penurunan kapasitas ventilasi. Tumor ini tumbuh
retif lambat dan memiliki prognosis yang paling baik, yaitu kemungkinan hidup
lima tahun jika didiagnosos sebelum metastasis.
Adenokarsinoma adalah jenis kanker
paru yang berasal dari kelenjar paru. Tumor ini biasanya terjadi dibagian
perifer paru, termasuk bronkiolus terminal dan alveolus. Kanker Jenis ini
terhitung sekitar 30% dari kanker paru dan lebih tinggi diantara wanita.
Adenokarsinoma biasanya berukuran keci dan tumbuh lambat, tetapi bermetastasis
secara dini dan angka bertahan hidup sampai 5 tahunnya buruk.
Kanker sel besar Takberdiferensiasi
sangat anaplastik dan cepat bermetastasis. Tumor ini sekitar 10-15% dari semua
kanker paru, sering terjadi di bagian perifer dan meluas kearah pusat paru.
Tumor ini berkaitan erat dengan merokok dan dapat menyebabkan nyeri dada.
Kanker jenis ini mamiliki prognosis berthan hidup yang sangat buruk.
Karsinoma sel kecil sekitar 25% dari
semua sel kanker paru. Tumor jenis ini juga disebut sebagi karsinoma oat cell
dan biasanya tumbuh dibagian tengah paru. Karsinoma sel kecil sejenis tumor
yang bersifat sangat anaplastik, atau embrionik, sehingga memperlihatkan
insiden metastasis yang tinggi. Tumor ini sering merupakan tempat produksi
tumor ektopik dan dapat menyebabkan gejala awal berdasarkan gangguan endokrin.
Metastasis paru yang timbul ada tumor ini juga disebabkan obstruksi aliran
udara. Tumor jenis ini mungkin merupakn jenis yang paling sering dijumpai pada
perokok, dan memiliki prognosis paling buruk. (elizabeth, 2008).
Pembagian
praktis untuk tujuan pengobatan :
1.
Small
Cell Lung Cancer (SCLC)
Gambaran
histologinya yang khas adalah dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya diisi
oleh mucus dengan sebaran kromatin yang sedikit sekali tanpa nucleoli. Disebut
juga “oat cell carcinoma” karena bentuknya mirip dengan bentuk biji gandum, sel
kecil ini cenderung berkunpul sekeliling pembuluh darah halus menyerupai
psedoroset. Sel-sel yang bermitosis banyak sekali ditemukan begitu juga
gambaran nekrosis. DNA yang terlepas menyebabkan warna gelap disekitar pembuluh
darah
2.
Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC) karsinoma skuamosa, adeno
karsinoma, karsinoma sel besar.
Karsinoma sel skuamosa/karsinoma
bronkogenik. Karsinoma sel skuamosa berciri khas proses keratisasi dan
pembentukan “bridge” intraseluler, studi sitologi memperlihatkan perubahan yang
nyata dari dysplasia skuamosa ke karsinoma insitu
Klasifikasi histologist WHO 1999
untuk tumor paru dan tumor pleura : Epithelia tumors
1. Benign
2. Preinsasive
3. Malignant
4. Large cell carcinoma
5. Adenosquamous carcinoma
6. Carcinoma woth pleomorphic
sarcomatoid or sarcomatous element
7. Carcinoid tumor
8. Carcinomas of salicary gland tyepe
Gambaran klinis kanker paru
1. Metastasis
Pada fase awal kebanyakan kanker
paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala
berarti psien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Lokal (tumor setempat)
-
Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis
-
Hemoptisis
-
Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas
-
Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
-
Aelektasis
-
Invasi local :
1) Nyeri dada
2) Dispnea karena efusi pleura
3) Invasi ke pericardium terjadi
temponade atau aritmia
4) Sindrom vena cava superior
5) Sindrom Horner (facial anhidrosis,
ptosis, miosis)
6) Suara sesak, karena penekanan pada
nervus laryngeal recurrent
7) Syndrome Pancoasta karena invasi
pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis
8) Gejala penyakit metastasis
-
Pada otak, tulang, hati, adrenal
-
Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai
metastasis
-
Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10% kanker paru,
dengan gejala
a) Sistemik : penurunan berat badan,
anoreksia, demam
b)
Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
c)
Hipertrofi : osteoartropati
d)
Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
e)
Neuromiopati
f)
Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
(hiperkalsemia)
g)
Dermatologi : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh
h)
Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone (SIADH)
i)
Asimtomatik denagn kelainan radiologis
-
Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis
-
Kelainan berupa nodul soliter
2.2 Etiologi
2.2.1
Merokok
Kejadian
kanker paru-paru adalah sangat terkait dengan merokok, dengan kira-kira 90%
dari kanker-kanker paru-paru timbul sebagai akibat dari penggunaan tembakau.
Risiko kanker paru-paru meningkat dengan jumlah rokok-rokok yang dihisap
melalui waktu; dokter-dokter merujuk risiko ini dalam hal sejarah merokok
bungkus tahunan (jumlah dari bungkus-bungkus rokok yang dihisap per hari
dikalikan dengan jumlah tahun-tahun penghisapan). Contohnya, seorang yang telah
merokok dua bungkus rokok per hari untuk 10 tahun mempunyai suatu sejarah 20
bungkus tahunan. Ketika risiko kanker paru meningkat bahkan dengan suatu
sejarah merokok 10 bungkus tahunan, mereka yang dengan sejarah-sejarah 30
bungkus tahunan atau lebih dipertimbangkan mempunyai risiko yang paling besar
mengembangkan kanker paru. Diantara merek yang merokok dua bungkus atau lebih
rokok per hari, satu dari tujuh akan meninggal karena kanker paru.
Menghisap
pipa dan cerutu dapat juga menyebabkan kanker paru, meskipun risikonya tidak
setinggi menghisap rokok. Dimana seorang yang merokok satu bungkus rokok per
hari mempunyai suatu risiko mengembangkan kanker paru yang 25 kali lebih tinggi
daripada seorang yang tidak merokok, perokok-perokok pipa dan cerutu mempunyai
suatu risiko kanker paru yang kira-kira 5 kali daripada seseorang yang tidak
merokok.
Asap
tembakau mengandung lebih dari 4,000 senyawa-senyawa kimia, banyak darinya
telah ditunjukkan menyebabkan kanker, atau karsinogen. Dua
karsinogenik-karsinogenik utama didalam asap tembakau adalah kimia-kimia yang
dikenal sebagai nitrosamines dan polycyclic aromatic hydrocarbons. Risiko
mengembangkan kanker paru berkurang setiap tahun seiring dengan penghentian
merokok ketika sel-sel normal tumbuh dan menggantikan sel-sel yang rusak
didalam paru. Pada mantan-mantan perokok, risiko mengembangkan kanker paru
mulai mendekati yang dari seorang bukan perokok kira-kira 15 tahun setelah
penghentian merokok
.
2.2.2
Merokok Pasif
Serat-serat
asbes (asbestos fibers) adalah serat-serat silikat (silicate fibers) yang dapat
menetap untuk seumur hidup dalam jaringan paru seiring dengan paparan pada
asbes-asbes. Tempat kerja adalah suatu sumber paparan pada serat-serat asbes
yang umum, karena asbes-asbes digunakan secara meluas di masa lalu untuk
kedua-duanya yaitu sebagai materi-materi isolasi panas dan akustik. Sekarang,
penggunaan asbes dibatasi atau dilarang pada banyak negara-negara, termasuk
Amerika. Kedua-duanya kanker paru dan mesothelioma (suatu tipe kanker
dari pleura atau dari lapisan rongga perut yang disebut peritoneum)
dikaitkan dengan paparan pada asbes-asbes. Mehisap rokok secara dramatis
meningkatkan kemungkinan mengembangkan suatu kanker paru yang berhubungan
dengan asbes pada pekerja-pekerja yang terpapar. Pekerja-pekerja asbes yang
tidak merokok mempunyai suatu risiko sebesar lima kali mengembangkan kanker
paru daripada bukan perokok, dan pekerja-pekerja asbes yang merokok mempunyai
suatu risiko sebesar 50 sampai 90 kali lebih besar daripada bukan perokok
2.2.3
Radon
Gas
Radon gas
adalah suatu gas mulia secara kimia dan alami yang adalah suatu pemecahan
produk uranium alami (Produk radio aktif). Ia pecah/hancur membentuk
produk-produk yang mengemisi suatu tipe radiasi yang mengionisasi. Radon gas
adalah suatu penyebab kanker paru yang dikenal, dengan suatu estimasi 12% dari
kematian-kematian kanker paru diakibatkan oleh radon gas, atau 15,000 sampai
22,000 kematian-kematian yang berhubungan dengan kanker paru setiap tahun di
Amerika, membuat radon penyebab utama kedua dari kanker paru di Amerika.
Seperti dengan paparan pada asbes, merokok yang serentak meningkatkan sangat
besar risiko kanker paru dengan paparan pada radon. Radon gas dapat bergerak
melalui tanah dan masuk kedalam rumah melalui celah-celah diantara
fondasi-fondasi, pipa-pipa, saluran-saluran, atau tempat-tempat terbuka
lainnya. The U.S. Environmental Protection Agency memperkirakan bahwa satu dari
setiap 15 rumah-rumah di Amerika mengandung tingkat-tingkat radon gas yang berbahaya.
Radon gas tidak terlihat dan tidak berbau, namun ia dapat terdeteksi dengan
kotak-kotak tes yang sederhana.
2.2.4
Kecenderungan
Keluarga
Ketika
mayoritas dari kanker-kanker paru dikaitkan dengan menghisap tembakau, fakta
bahwa tidak semua perokok akhirnya mengembangkan kanker paru menyarankan bahwa
faktor-faktor lain, seperti kepekaan genetik individu, mungkin memainkan suatu
peran dalam menyebabkan kanker paru. Banyak studi-studi telah menunjukkan bahwa
kanker paru kemungkinan terjadi pada saudara-saudara baik yang merokok maupun
yang tidak merokok yang telah mempunyai kanker paru daripada populasi umum.
Penelitian akhir-akhir ini telah melokalisir suatu daerah pada lengan panjang
dari kromosom manusia nomor 6 yang kemungkinan mengandung suatu gen yang
memberikan suatu kepekaan yang meningkat mengembangkan kanker paru pada
perokok-perokok.
2.2.5
Penyakit-Penyakit
Paru
Kehadiran
penyakit-penyakit paru tertentu, khususnya chronic obstructive pulmonary
disease (COPD), dikaitkan dengan suatu risiko yang meningkat sedikit (empat
sampai enam kali risiko dari seorang bukan perokok) untuk mengembangkan kanker
paru bahkan setelah efek-efek dari menghisap rokok serentak telah ditiadakan.
2.2.6
Sejarah
Kanker Paru Sebelumnya
Orang-orang
yang selamat dari kanker paru mempunyai suatu risiko yang lebih besar daripada
populasi umum mengembangkan suatu kanker paru kedua. Orang-orang yang selamat
dari non-small cell lung cancers (NSCLCs, lihat dibawah) mempunyai suatu risiko
tambahan dari 1%-2% per tahun mengembangkan suatu kanker paru kedua. Pada
orang-orang yang selamat dari small cell lung cancers (SCLCs), risiko
mengembangkan kanker-kanker kedua mendekati 6% per tahun.
2.2.7
Polusi
Polusi
udara dari kendaraan-kendaraan, industri, dan tempat-tempat pembangkit tenaga
(listrik) dapat meningkatkan kemungkinan mengembangkan kanker paru pada
individu-individu yang terpapar. Sampai 1% dari kematian-kematian kanker paru
disebabkan oleh pernapasan udara yang terpolusi, dan ahli-ahli percaya bahwa
paparan yang memanjang (lama) pada udara yang terpolusi sangat tinggi dapat
membawa suatu risiko serupa dengan yang dari merokok pasif untuk mengembangkan
kanker paru. Merokok merupakan penyebab utama dari sekitar 90% kasus kanker
paru-paru pada pria dan sekitar 70% pada wanita. Semakin banyak rokok yang
dihisap, semakin besar risiko untuk menderita kanker paru-paru. Hanya sebagian
kecil kanker paru-paru (sekitar 10%-15% pada pria dan 5% pada wanita) yang
disebabkan oleh zat yang ditemui atau terhirup di tempat bekerja. Bekerja
dengan asbes, radiasi, arsen, kromat, nikel, klorometil eter, gas mustard dan
pancaran oven arang bisa menyebabkan kanker paru-paru, meskipun biasanya hanya
terjadi pada pekerja yang juga merokok. Peranan polusi udara sebagai penyebab
kanker paru-paru masih belum jelas. Beberapa kasus terjadi karena adanya
pemaparan oleh gas radon di rumah tangga. Kadang kanker paru (terutama
adenokarsinoma dan karsinoma sel alveolar) terjadi pada orang yang paru-parunya
telah memiliki jaringan parut karena penyakit paru-paru lainnya, seperti tuberkulosis
dan fibrosis.
Kanker
paru paling banyak ditemukan pada laki-laki dewasa dan perokok. Lebih dari 80%
kanker paru berhubungan dengan perokok. Bagaimanapun, tidak semua perokok
akhirnya menderita kanker paru. Berhenti dari merokok akan mengurangi dengan
sangat berarti risiko seseorang terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok
lebih besar daripada orang-orang yang tidak pernah merokok. Faktor lain yang
dapat menjadi faktor risiko terutama berkaitan dengan udara yang dihirup.
2.2.8
Kekurangan Vitamin A dan C
Suatu
penelitian menunjukkan adanya hubungan erat antara betakaroten dan vitamin A
dengan pencegahan dan penyembuhan penyakit jantung koroner dan kanker. Hal ini
terkait dengan fungsi betakaroten dari vitamin A sebagai antioksidan yang mampu
melawan radikal bebas. Pencegahan kanker. Kemampuan retinoid dalam memengaruhi
perkembangan sel epitel dan meningkatkan aktivitas sistem kekebalan,
berpengaruh terhadap pencegahan kanker kulit, tenggorokan, paru-paru, payudara,
dan kantong kemih. Betakaroten bersama dengan vitamin E dan C telah berperan
aktif sebagai antioksidan untuk mencegah berbagai kanker.
Fakta
bahwa hasil kerja NIDDK menunjukkan bahwa vitamin C dosis tinggi telah terbukti
menjadi toksik (racun) bagi sel kanker, tetapi membiarkan sel itu sendiri tetap
normal. Kualitas ini, dengan jelas, sangat dibutuhkan jika kita sedang berusaha
memerangi kanker namun menginginkan tubuh yang normal tidak me-ngalami cedera.
Frie dan Lawson berdiskusi seberapa tinggi dosis vitamin C dapat meningkatkan
produksi hydrogen peroksida, yang diperkirakan merupakan zat utama yang
menentukan sifat anti kanker dari vitamin C.
Faktor Risiko Kanker Paru
·
Laki-laki
·
Usia lebih dari 40 tahun
·
Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu)
·
Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau
(perokok pasif)
·
Radon dan asbes
·
Lingkungan industri tertentu
·
Zat kimia, seperti arsenic
·
Beberapa zat kimia organic
·
Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan\
·
Polusi udara
·
Kekurangan vitamin A dan C
Seseorang yang termasuk golongan
risiko tinggi (GRT) jika mempunyai keluhan napas (gangguan respirasi) seperti
batuk, sesak napas, nyeri dada, sebaiknya segera meneriksakan diri dan dirujuk
ke dokter spesialis paru.
2.3 Patofisiologi
Dari etiologi
yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan
deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi
perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus
ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada
kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini
menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur
terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka.
2.4
Manifestasi
klinik
a) Gejala awal. Stridor lokal dan
dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi pada bronkus.
b) Gejala umum.
1. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi
yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk mulai sebagai batuk kering
tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum
yang kental dan purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2. Hemoptisis : Sputum bersemu darah
karena sputum melalui permukaan tumor yang mengalami ulserasi.
3. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat
badan.
2.5 Stadium Kanker Paru
Sistem stadium TNM Internasional
untuk Kanker Paru yang sudah direvisi : 1997 American Joint Committee on Cancer
Gambaran TNM Definisi
-
T0 : Tidak terbukti
adanya tumor premier
-
Tx : Kanker yang
tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus,tetapi tidak terlihat pada
radiogram atau bronkoskopi
-
Tis : Karsinoma in situ
-
T1 : Tumor
berdiameter ≤3 cm dikelilingi paru atau pleura viselaris yang normal
-
T2 : Tumor berdiameter >3 cm atau ukuran
berapa pun yang sudah menyerang pleura viselaris atau mengakibatkan atelektasis
yang meluas ke hilus ; harus berjarak >2 cm distal dari krania
-
T3 : Tumor berukuran berapapun dengan perluasan
langsung pada dinding dada, diagram, pleura mediastinalis, atau korpus vertebra
; atau dalam jarak 2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai karina
-
T4 : Tumor berukuran berapapun yang sudah
menyerang mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esophagus, korpus vertebra atau karina ; atau adanya efusi pleura yang maligna
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening
Regional (N)
-
N0 : Tidak dapat
terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional
-
N1 : Metastasis
pada peribrokial dan/atau kelenjar-kelenjar hilus ipsilateral
-
N2 : Metastasis
pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina
-
N3 : Metastasis
pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah bening hilus kontralateral ;
kelenjar kelenjar-kelenjar getah bening skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral
Metastasis Jauh (M)
-
M0 : Tidak
diketahui adanya metastasis jauh
-
M1 : Metastasis
jauh terdapat pada tempat tertentu (missal otak)
Kelompok Stadium
-
Karsinoma tersembunyi : Tx,N0,M0 Spuntum mengandung
sel-sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan adanya tumor primer atau
metastasis
-
Stadium 0 : Tis, N0, M0 Karsinoma in situ
-
Stadium IA : T1, N0, M0 Tumor termasuk T1 tanpa adanya
bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang jauh
-
Stadium IB : T2, N0, M0 Tumor termasuk klasifikasi
T2 dengan bukti metastasis pada kelenjar getah bening regional atau tempat yang
jauh
-
Stadium IIA : T1, N1, M0 tumor termasuk klasifikasi T1
dengan bukti hanya terdapat metastasis ke peribrokial ipsilateral atau hilus
kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang jauh.
-
Stadium IIB : T2, NI, M T3, N0, M0 tumor termasuk
klasifikasi T2 atau T3 dengan atau tanpa bukti metastasis ke peribronkial
ipsilateral atau hilus kelenjar limfe ; tidak ada metastasis ke tempat yang
jauh
-
Stadium IIIA : T1-T3, N1, N2, M0 tumor termasuk
klasifikasi T1, T2, atau T3 dengan atau tanpa bukti adanya metastasis ke
peribronkial
-
Stadium IIIB : T beberapa pun, N3 T4,N beberapapun,M0Setiap
klasifikasi tumor dengan metastasis hilus kontralateral atau kelenjar getah
bening mediastinum atau ke skalenus atau kelenjar limfe supraklafikular ; atau
setiap tumor yang diklasifikasikan sebagai T4 dengan atau tanpa metastasis ke
kelenjar getah bening regional ; tidak ad metastasis ke tempat yang jauh
-
Stadium IV : T beberapa pun, N setiap tumor dengan
metastasis jauh beberapa pun, M1
2.6 Pemeriksaan Diagnostic
1. Radiologi.
-
Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta
Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse
pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
-
Bronkhografi : Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
-
Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan
untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
-
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA : Dapat dilakukan untuk mengkaji
kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
-
Tes kulit, jumlah absolute limfosit. : Dapat dilakukan untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
-
Bronkoskopi : Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
-
Biopsi Trans Torakal (TTB) : Biopsi dengan TTB terutama
untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya
mencapai 90 – 95 %.
-
Torakoskopi : Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil
yang lebih baik dengan cara torakoskopi.
-
Mediastinosopi : Untuk mendapatkan tumor metastasis atau
kelenjar getah bening yang terlibat.
-
Torakotomi : Totakotomi untuk diagnostic kanker paru
dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya
gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan
-
CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan
pleura.
-
MRI,
2.7 Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan kanker dapat berupa :
a.
Kuratif
Memperpanjang
masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien.
b.
Paliatif
Mengurangi
dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada
kasus terminal
Mengurangi dampak fisis maupun
psikologis kanker baik pada
pasien maupun keluarga.
d. Supotif
Menunjang pengobatan kuratif,
paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan
komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001
dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
e. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru
sama seperti penyakit paru lain, untuk mengankat semua jaringan yang sakit
sementara mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak terkena
kanker
f. Toraktomi eksplorasi
Untuk mengkomfirmasi diagnosa
tersangka penyakit paru atau toraks khususnya karsinoma, untuk melakukan
biopsy.
g. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan
lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
h. Lobektomi (pengangkatan lobus paru)
Karsinoma bronkogenik yang terbatas
pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi
jamur; tumor jinak tuberkulois.
i.
Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau
lebih segmen paru.
j.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas,
tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang terlokalisir. Merupakan
pengangkatan dari permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es).
k. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan
fibrin dari pleura viscelaris)
l.
Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi
dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/
paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/
penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
m. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk
mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel
kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi
radiasi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
PENGKAJIAN.
a.
Preoperasi (Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan,1999).
1)
Aktivitas/ istirahat.
Gejala
: Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin,dispnea karena
aktivitas.
Tanda
: Kelesuan( biasanya tahap lanjut).
2)
Sirkulasi.
Gejala
: JVD (obstruksi vana kava).
Bunyi
jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi).Takikardi/ disritmia. Jari tabuh.
3)
Integritas ego.
Gejala
: Perasaan taku. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat/ potensi
keganasan.
Tanda
: Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang – ulang.
4)
Eliminasi.
Gejala
: Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/ jumlah
urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid)
5)
Makanan/ cairan.
Gejala
: Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan,kesulitan
menelan,haus/ peningkatan masukan cairan.
Tanda
: Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut),edema wajah/ leher,
dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan
hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa dalam urine (ketidakseimbangan hormonal,
tumor epidermoid).
6)
Nyeri/ kenyamanan
Gejala
: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/
tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang
timbul.
7)
Pernafasan
Gejala
: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi
sputum,nafas pendek,pekerja yang terpajan polutan, debu industry,serak,
paralysis pita suara,riwayat merokok
Tanda
: Dispnea, meningkat dengan kerja,peningkatan fremitus taktil (menunjukkan
konsolidasi) Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi (gangguan aliran
udara), krekels/ mengi menetap; pentimpangan trakea ( area yang mengalami
lesi),hemoptisis.
8)
Keamanan
Tanda
: Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma),kemerahan, kulit pucat
(ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
9)
Seksualitas.
Tanda
: Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar),Amenorea/
impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
10)
Penyuluhan.
Gejala
: Faktor resiko keluarga, kanker(khususnya paru), tuberculosis Kegagalan untuk
membaik.
b.
Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 1999).
-
Karakteristik dan kedalaman pernafasan dan
warna kulit pasien.
-
Frekuensi dan irama jantung.
-
Pemeriksaan laboratorium yang terkait (GDA.
Elektolit serum, Hb dan Ht).
-
Pemantauan tekanan vena sentral.
-
Status nutrisi.
-
Status mobilisasi ekstremitas khususnya
ekstremitas atas di sisi yang di operasi.
-
Kondisi dan karakteristik water seal drainase.
1)
Aktivitas atau istirahat.
Gejala
: Perubahan aktivitas, frekuensi tidur berkurang.
2)
Sirkulasi.
Tanda
: denyut nadi cepat, tekanan darah tinggi.
3)
Eliminasi
Gejala
: menurunnya frekuensi eliminasi BAB
Tanda
: Kateter urinarius terpasang/ tidak, karakteristik urine,bising usus, samara
atau jelas.
4)
Makanan
dan cairan.
Gejala
: Mual atau muntah
5)
Neurosensori.
Gejala
: Gangguan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anastesi.
6)
Nyeri
dan ketidaknyamanan.
Gejala
: Keluhan nyeri, karakteristik nyeri,ketidaknyamanan dari berbagai sumber
misalnya insisi atau efek – efek anastesi.
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN RENCANA KEPERAWATAN.
a.
Preoperasi (Gale, Rencana Asuhan Keperawatan
Onkologi, 2000, dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 1999).
1)
Kerusakan pertukaran gas
Dapat
dihubungkan : Hipoventilasi.
Kriteria hasil
:
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenisi
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernafasan.
-
Berpartisipasi dalam program pengobatan, dalam
kemampuan/ situasi.
Intervensi :
a)
Kaji status pernafasan dengan sering, catat
peningkatan frekuensi atau upaya pernafasan atau perubahan pola nafas.
Rasional :
Dispnea merupakan mekanisme kompensasi adanya tahanan jalan nafas.
b)
Catat ada atau tidak adanya bunyi tambahan dan
adanya bunyi tambahan, misalnya krekels,mengi.
Rasional :
Bunyi nafas dapat menurun, tidak sama atau tak ada pada area yang sakit.Krekels
adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan
permeabilitas membrane alveolar-kapiler. Mengi adalah bukti adanya tahanan atau
penyempitan jalan nafas sehubungan dengan mukus/ edema serta tumor.
c)
Kaji adanmya sianosis
Rasional :
Penurunan oksigenasi bermakna terjadi sebelum sianosis. Sianosis sentral dari
"organ" hangat contoh, lidah, bibir dan daun telinga adalah paling
indikatif.
d)
Kolaborasi pemberian oksigen lembab sesuai
indikasi
Rasional :
Memaksimalkan sediaan oksigen untuk pertukaran.
e)
Awasi atau gambarkan seri GDA.
Rasional :
Menunjukkan ventilasi atau oksigenasi. Digunakan sebagai dasar evaluasi
keefktifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi.
2)
Bersihan jalan nafas tidak efektif.
Dapat
dihubungkan :
-
Kehilangan fungsi silia jalan nafas
-
Peningkatan jumlah/ viskositas sekret paru.
-
Meningkatnya tahanan jalan nafas
Kriteria hasil
:
-
Menyatakan/ menunjukkan hilangnya dispnea.
-
Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi
nafas bersih
-
Mengeluarkan sekret tanpa kesulitan.
-
Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki/
mempertahankan bersiahn jalan nafas.
Intervensi :
a)
Catat perubahan upaya dan pola bernafas.
Rasional :
Penggunaan otot interkostal/ abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan
upaya bernafas.
b)
Observasi penurunan ekspensi dinding dada dan
adanya.
Rasional :
Ekspansi dad terbatas atau tidak sama sehubungan dengan akumulasi cairan,
edema, dan sekret dalam seksi lobus.
c)
Catat karakteristik batuk (misalnya, menetap,
efektif, tak efektif), juga produksi dan karakteristik sputum.
Rasional :
Karakteristik batuk dapat berubah tergantung pada penyebab/ etiologi gagal perbafasan.
Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, adan/ atau puulen.
d)
Pertahankan posisi tubuh/ kepala tepat dan
gunakan alat jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional
: Memudahkan memelihara jalan nafas atas paten bila jalan nafas pasein
dipengaruhi.
e)
Kolaborasi pemberian bronkodilator, contoh
aminofilin, albuterol dll. Awasi untuk efek samping merugikan dari obat, contoh
takikardi, hipertensi, tremor, insomnia.
Rasional : Obat
diberikan untuk menghilangkan spasme bronkus, menurunkan viskositas
sekret,memperbaiki ventilasi, dan memudahkan pembuangan sekret. Memerlukan
perubahan dosis / pilihan obat.
3)
Ketakutan/Anxietas.
Dapat
dihubungkan :
-
Krisis situasi
-
Ancaman untuk/ perubahan status kesehatan,
takut mati.
-
Faktor psikologis.
Kriteria hasil
:
-
Menyatakan kesadaran terhadap ansietas dan cara
sehat untuk mengatasinya.
-
Mengakui dan mendiskusikan takut.
-
Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun
sampai tingkat dapat diatangani.
-
Menunjukkan pemecahan masalah dan pengunaan
sumber efektif.
Intervensi :
a)
Observasi peningkatan gelisah, emosi labil.
Rasional :
Memburuknya penyakit dapat menyebabkan atau meningkatkan ansietas.
b)
Pertahankan lingkungan tenang dengan sedikit
rangsangan.
Rasional :
Menurunkan ansietas dengan meningkatkan relaksasi dan penghematan energi.
c)
Tunjukkan/ Bantu dengan teknik relaksasi,
meditasi, bimbingan imajinasi.
Rasional :
Memberikan kesempatan untuk pasien menangani ansietasnya sendiri dan merasa terkontrol.
d)
Identifikasi perspsi klien terhadap ancaman
yang ada oleh situasi.
Rasional :
Membantu pengenalan ansietas/ takut dan mengidentifikasi tindakan yang dapat membantu
untuk individu.
e)
Dorong pasien untuk mengakui dan menyatakan
perasaan.
Rasional :
Langkah awal dalam mengatasi perasaan adalah terhadap identifikasi dan
ekspresi. Mendorong penerimaan situasi dan kemampuan diri untuk mengatasi.
4)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan,
prognosis.
Dapat
dihubungkan :
-
Kurang informasi.
-
Kesalahan interpretasi informasi.
-
Kurang mengingat.
Kriteria hasil
:
-
Menjelaskan hubungan antara proses penyakit dan
terapi.
-
Menggambarkan/ menyatakan diet, obat, dan
program aktivitas.
-
Mengidentifikasi dengan benar tanda dan gejala
yang memerlukan perhatian medik.
-
Membuat perencanaan untuk perawatan lanjut.
Intervensi :
a)
Dorong belajar untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Beriak informasi dalam cara yang jelas/ringkas.
Rasional :
Sembuh dari gangguan gagal paru dapat sangat menghambat lingkup perhatian
pasien,konsentrasi dan energi untuk penerimaan informasi/ tugas baru.
b)
Berikan informasi verbal dan tertulis tentang
obat
Rasional : Pemberian
instruksi penggunaan obat yang aman memmampukan pasien untuk mengikuti dengan
tepat program pengobatan.
c)
Kaji konseling nutrisi tentang rencana makan;
kebutuhan makanan kalori tinggi.
Rasional :
Pasien dengan masalah pernafasan berat biasanya mengalami penurunan berat badan
dan anoreksia sehingga memerlukan peningkatan nutrisi untuk menyembuhan.
d)
Berikan pedoman untuk aktivitas.
Rasional :
Pasien harus menghindari untuk terlalu lelah dan mengimbangi periode
istirahatdan aktivitas untuk meningkatkan regangan/ stamina dan mencegah
konsumsi/ kebutuhan oksigen berlebihan.
b.
Pascaoperasi (Doenges, Rencana Asuhan
Keperawatan, 1999).
1)
Kerusakan pertukaran gas.
Dapat
dihubungkan :
-
Pengangkatan jaringan paru
-
Gangguan suplai oksigen
-
Penurunan kapasitas pembawa oksigen darah
(kehilangan darah).
Kriteria hasil
:
-
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi
jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal.
-
Bebas gejala distress pernafasan.
Intervensi :
a)
Catat frekuensi, kedalaman dan kemudahan
pernafasan. Observasi penggunaan otot bantu, nafas bibir, perubahan kulit/
membran mukosa.
Rasional
: Pernafasan meningkat sebagai akibat nyeri atau sebagai mekanisme kompensasi
awal terhadap hilangnya jaringan paru.
b)
Auskultasi paru untuk gerakamn udara dan bunyi
nafas tak normal.
Rasional :
Konsolidasi dan kurangnya gerakan udara pada sisi yang dioperasi normal pada
pasien pneumonoktomi. Namun, pasien lubektomi harus menunjukkan aliran udara
normal pada lobus yang masih ada.
c)
Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien dengan
memberikan posisi, penghisapan, dan penggunaan alat
Rasional :
Obstruksi jalan nafas mempengaruhi ventilasi, menggangu pertukaran gas.
d)
Ubah posisi dengan sering, letakkan pasien pada
posisi duduk juga telentang sampai posisi miring.
Rasional :
Memaksimalkan ekspansi paru dan drainase sekret.
e)
Dorong/ bantu dengan latihan nafas dalam dan
nafas bibir dengan tepat.
Rasional :
Meningkatkan ventilasi maksimal dan oksigenasi dan menurunkan/ mencegah atelektasis.
2)
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat
dihubungkan :
-
Peningkatan jumlah/ viskositas sekret
-
Keterbatasan gerakan dada/ nyeri.
-
Kelemahan/ kelelahan.
Kriteria hasil
: Menunjukkan patensi jalan nafas, dengan cairan sekret mudah dikeluarkan,
bunyi nafas jelas, dan pernafasan tak bising.
Intervensi :
a)
Auskultasi dada untuk karakteristik bunyi nafas
dan adanya sekret.
Rasional :
Pernafasan bising, ronki, dan mengi menunjukkan tertahannya sekret dan/ atau obstruiksi
jalan nafas.
b)
Bantu pasien dengan/ instruksikan untuk nafas
dalam efektif dan batuk dengan posisi duduk tinggi dan menekan daerah insisi.
Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi
paru maksimal dan penekanan menmguatkan upaya batuk untuk memobilisasi dan
membuang sekret. Penekanan dilakukan oleh perawat.
c)
Observasi jumlah dan karakter sputum/ aspirasi
sekret.
Rasional :
Peningkatan jumlah sekret tak berwarna / berair awalnya normal dan harus
menurun sesuai kemajuan penyembuhan.
d)
Dorong masukan cairan per oral (sedikitnya 2500
ml/hari) dalam toleransi jantung.
Rasional :
Hidrasi adekuat untuk mempertahankan sekret hilang/ peningkatan pengeluaran.
e)
Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, dan/ atau analgetik sesuai indikasi.
Rasional :
Menghilangkan spasme bronkus untuk memperbaiki aliran udara, mengencerkan dan menurunkan
viskositas sekret.
3)
Nyeri (akut).
Dapat
dihubungkan :
-
Insisi bedah, trauma jaringan, dan gangguan
saraf internal.
-
Adanya selang dada.
-
Invasi kanker ke pleura, dinding dada
Kriteria hasil
:
-
Melaporkan neyri hilang/ terkontrol.
-
Tampak rileks dan tidur/ istirahat dengan baik.
-
Berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan/
dibutuhkan.
Intervensi :
a)
Tanyakan pasien tentang nyeri. Tentukan
karakteristik nyeri. Buat rentang intensitas pada skala 0 – 10.
Rasional :
Membantu dalam evaluasi gejala nyeri karena kanker. Penggunaan skala rentang membantu
pasien dalam mengkaji tingkat nyeri dan memberikan alat untuk evaluasi
keefktifan analgesic, meningkatkan control nyeri.
b)
Kaji pernyataan verbal dan non-verbal nyeri
pasien.
Rasional :
Ketidaklsesuaian antar petunjuk verbal/ non verbal dapat memberikan petunjuk derajat
nyeri, kebutuhan/ keefketifan intervensi.
c)
Catat kemungkinan penyebab nyeri patofisologi
dan psikologi.
Rasional :
Insisi posterolateral lebih tidak nyaman untuk pasien dari pada insisi
anterolateral. Selain itu takut, distress, ansietas dan kehilangan sesuai diagnosa
kanker dapat mengganggu kemampuan mengatasinya.
d)
Dorong menyatakan perasaan tentang nyeri.
Rasional :
Takut/ masalah dapat meningkatkan tegangan otot dan menurunkan ambang persepsi nyeri.
e)
Berikan tindakan kenyamanan. Dorong dan ajarkan
penggunaan teknik relaksasi
Rasional : Meningkatkan
relaksasi dan pengalihan perhatian.
4)
Anxietas.
Dapat
dihubungkan:
-
Krisis situasi
-
Ancaman/ perubahan status kesehatan
-
Adanya ancman kematian.
Kriteria hasil
:
-
Mengakui dan mendiskusikan takut/ masalah
-
Menunjukkan rentang perasaan yang tepat dan
penampilan wajah tampak rileks/ istirahat
-
Menyatakan pengetahuan yang akurat tentang
situasi.
Intervensi :
a)
Evaluasi tingkat pemahaman pasien/ orang
terdekat tentang diagnosa.
Rasional :
Pasien dan orang terdekat mendengar dan mengasimilasi informasi baru yang
meliputi perubahan ada gambaran diri dan pola hidup. Pemahaman persepsi ini
melibatkan susunan tekanan perawatan individu dan memberikan informasi yang
perlu untuk memilih intervensi yang tepat.
b)
Akui rasa takut/ masalah pasien dan dorong
mengekspresikan perasaan
Rasional :
Dukungan memampukan pasien mulai membuka atau menerima kenyataan kanker dan
pengobatannya.
c)
Terima penyangkalan pasien tetapi jangan
dikuatkan.
Rasional : Bila
penyangkalan ekstrem atau ansiatas mempengaruhi kemajuan penyembuhan, menghadapi
isu pasien perlu dijelaskan dan emebuka cara penyelesaiannya.
d)
Berikan kesempatan untuk bertanya dan jawab
dengan jujur. Yakinkan bahwa pasien dan pemberi perawatan mempunyai pemahaman
yang sama.
Rasional :
Membuat kepercayaan dan menurunkan kesalahan persepsi/ salah interpretasi terhadap
informasi..
e)
Libatkan pasien/ orang terdekat dalam
perencanaan perawatan. Berikan waktu untuk menyiapkan peristiwa/ pengobatan.
Rasional :
Dapat membantu memperbaiki beberapa perasaan kontrol/ kemandirian pada pasien yang
merasa tek berdaya dalam menerima pengobatan dan diagnosa.
f)
Berikan kenyamanan fiik pasien.
Rasional : Ini
sulit untuk menerima dengan isu emosi bila pengalaman ekstrem / ketidaknyamanan
fisik menetap.
5)
Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan,
prognosis.
Dapat
dihubungkan :
-
Kurang atau tidak mengenal informasi/ sumber
-
Salah interperatasi informasi.
-
Kurang mengingat
Kriteria hasil
:
-
Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa,
program pengobatan.
-
Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan
menjelaskan alas an tindakan tersebut.
-
Berpartisipasi dalam proses belajar.
-
Melakukan perubahan pola hidup.
Intervensi :
a)
Diskusikan diagnosa, rencana/ terapi sasat ini
dan hasil yang diharapkan.
Rasional :
Memberikan informasi khusus individu, membuat pengetahuan untuk belajar lanjut tentang
manajemen di rumah. Radiasi dan kemoterapi dapat menyertai intervensi bedah dan
informasi penting untuk memampukan pasien/ orang terdekat untuk membuat
keputusan berdasarkan informasi.
b)
Kuatkan penjelasan ahli bedah tentang prosedur
pembedahan dengan memberikan diagram yang tepat. Masukkan informasi ini dalam
diskusi tentang harapan jangka pendek/ panjang dari penyembuhan.
Rasional :
Lamanya rehabilitasi dan prognosis tergantung pada tipe pembedahan, kondisi preoperasi,
dan lamanya/ derajat komplikasi.
c)
Diskusikan perlunya perencanaan untuk
mengevaluasi perawatan saat pulang.
Rasional :
Pengkajian evaluasi status pernafasan dan kesehatan umum penting sekali untuk meyakinkan
penyembuhan optimal. Juga memberikan kesempatan untuk merujuk masalah/pertanyaan
pada waktu yang sedikit stres.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Kanker paru merupakan penyebab kematian
utama akibat kanker pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh
merokok. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,
menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam kecendrungan
metastasis dan prognosis.Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan
utama adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena perokok
mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami kanker paru di bandingkan
bukan perokok, dan menghindari lingkungan polusi. Pengobatan pilihan dari
kanker paru adalah tindakan bedah pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari
individu tidak dapat dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
Asuhan keperawatan pascaoperasi
klien setelah bedah toraks berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi
paru dengan mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem
drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri,
meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap perdarahan dan
emfisema subkutan.
4.2 Saran
Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Kanker Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh
seorang perawat. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan
kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok,
memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya. Dukungan psikologik
sangat berguna untuk klien.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.
2010 http://kankerparu.org/main/index.php?option=com_content&task=view&id=19&Itemid=3,
diakses 16 Maret 2012
Anonymous.
2010 http://www.totalkesehatananda.com/lungcancer2.html,diakses 16 Maret
2012
Anonymous.
2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_paru-paru, diakses tanggal 16 Maret
2012
Carpenito,
L. J. 1995. Buku Saku : Diagnosis Keperawatan. Edisi ke-6. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC : Jakarta
Doenges,
Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi ke-3. EGC:Jakarta
Elizabeth,
J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG
Long,
Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah; Suatu Pendekatan Proses
Holistik. Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung.
Price,
Sylvia A and Wilson, Lorraine M. 1988. Patofisiologi. Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit. Jakarta : EGC.
Suryo,
Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B
First
Suyono,
Slamet. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI : Jakarta.
Underwood,
J.C.E. 1999. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi 2. EGC:Jakarta.
Ainsworth casino in WA - DrmCD
BalasHapus› › › Downtown 여주 출장마사지 WA Hooters Casino - Located close to the Pacific Northwest, this 속초 출장샵 is 밀양 출장안마 a very nice, 수원 출장마사지 affordable 사천 출장샵 casino resort near Olympia. The casino offers 24 hour gaming, a